sejarah drama
Sejarah
Drama Dunia
Drama
Klasik
Yang
disebut drama klasik adalah pada zaman Yunani dan Romawi. Pada masa kejayaan
kebudayaan Yunani dan Romawi banyak sekali karya drama yang bersifat abadi,
terkenal sampai kini.
(a)
Drama Yunani
Asal
mula drama adalah kultus Dyonesos. Pada waktu itu, drama dikaitkan dengan
upacara penyembahan kepada dewa, dan disebut tragedi. Kemudian tragedi mendapat
makna lain, yaitu perjuangan manusia melawan nasib. Komedi sebagai lawan kata
dari tragedi, pada zaman Yunani Kuno merupakan karikatur cerita duka dengan
tujuan menyindir penderitaan hidup manusia.
Ada
tiga tokoh Yunani terkenal, yaitu Plato, Aristoteles, dan Sophocles. Menurut
Plato, keindahan bersifat relatif. Karya seni dipandangnya sebagai mimetik,
yaitu imitasi dari kehidupan jasmaniah manusia. Imitasi menurut Plato bukan
demi kepentingan imitasi itu sendiri, tetapi demi kepentingan kenyataan. Karya
Plato yang terkenal adalah “The Republic”.
Aristoteles
juga tokoh Yunani yang terkenal. Ia memandang karya seni bukan hanya imitasi
kehidupan fisik, tetapi harus juga dipandang sebagai karya yang mengandung
kebajikan dalam dirinya. Dengan demikian karya-karya itu mempunyai watak
tertentu.
Sophocles
adalah tokoh drama terbesar zaman Yunani. Tiga karyanya yang merupakan tragedi,
merupakan karyanya bersifat abadi, dan temanya relevan sampai saat ini.
Dramanya adalah "Oedipus Sang Raja", "Oedipus", dan
"Antigone". Tragedi tentang nasib manusia yang mengenaskan. Dari
karyanya bentuk tragedi Yunani mendapatkan warna khas.Sedang Aristophanes,
adalah tokoh komedi dengan karya-karyanya “The Frogs”, “The Waps”, “The
Clouds”.
(b)
Drama Zaman Romawi
Terdapat
tiga tokoh drama Romawi Kuno, yaitu Plutus, Terence, atau Publius Terence Afer,
dan Lucius Seneca. Teater Romawi mengambil alih gaya teater Yunani. Mula-mula
bersifat religius, lama-lama bersifat mencari uang (show biz). Bentuk pentas
lebih megah dari zaman Yunani.
2.1.2
Teater Abad Pertengahan
Pengaruh
gereja Katolik atas drama sangat besar pada zaman pertengahan ini. Dalam
pementasan ada nyanyian yang dilagukan oleh para rahib dan diselingi dengan
koor. Kemudian ada pagelaran "Pasio" seperti yang sering dilaksanakan
di gereja menjelang upacara Paskah sampai saat ini.
Ciri
khas abad Pertengahan, adalah sebagai berikut:
1.
pentas kereta,
2.
dekor bersifat sederhana dan simbolis,
3.
pementasan simultan bersifat berbeda dengan pementasan simultan drama
mod0ern.
(a)
Zaman Italia
Istilah
yang populer dalam jaman Italia adalah Comedia del 'Arte yang bersumber dari
komedi Yunani. Tokoh-tokohnya antara lain Dante, dengan karya-karyanya ”The
Divina Comedy”, Torquato Tasso dengan karyanya drama-drama liturgis dan
pastoral, dan Niccolo Machiavelli dengan karyanya “Mandrake”.
Ciri-ciri
drama pada zaman ini, adalah sebagai berikut:
1.
improvisatoris atau tanpa naskah,
2.
gayanya dapat dibandingkan dengan gaya jazz, melodi ditentukan dulu, baru
kemudian pemain berimprovisasi (bandingkan teater tradisional di Indonesia),
3.
cerita berdasarkan dongeng dan fantasi dan tidak berusaha mendekati
kenyataan,
4.
gejala akting, pantomime, gila-gilaan, adegan dan urutan tidak
diperhatikan.
Komedi
Italia meluas ke Inggris dan Nederland. Gaya komedi Italia ini di Indonesia
kita kenal dengan nama "seniman sinting" atau "seniman
miring" dengan tokoh antara lain Marjuki (Drs.). Dibandingkan dengan drama
Yunani, maka pada zaman Italia ini materi cerita disesuaikan dengan adegan yang
terbatas itu. Trilogi Aristoteles mendapat perhatian.
Tokoh-tokoh
pelaku dalam komedi Italia mirip tokoh-tokoh cerita pewayangan, sudah dipolakan
yaitu:
1.
Arlecchino (The Hero, pemain utama),
2.
Harlekyn (punakawan/badut/clown),
3.
Pantalone (ayah sang gadis lakon),
4.
Dottere (tabib yang tolol),
5.
Capitano (kapten perebut gadis lakon),
6.
Columbina (punakawan putri),
7.
Gadis lakon (primadona yang menjadi biang lakon).
(b)
Jaman Elizabeth
Pada
awal pemerintahan Raru Elizabeth I di Inggris (1558-1603), drama berkembang
dengan pesatnya. Teater-teater didirikan sendiri atas prakarsa sang ratu.
Shakespeare, tokoh drama abadi adalah tokoh yang hidup pada jaman Elizabeth.
Ciri-ciri
naskah drama jaman Elizabeth, adalah:
1.
naskah puitis,
2.
dialognya panjang-panjang,
3.
penyusunan naskahnya lebih bebas, tidak mengikuti hukum yang sudah ada,
4.
laku bersifat simultan, berganda dan rangkap,
5.
campuran antara drama dan humor.
Tokoh besarnya
adalah William Shakespeare (1564-1616), dengan karya-karyanya “The Taming of
the Schrew”, “Mid Summer Night Dream”, “King Lear”, “Anthony and Cleopatra”,
“Hamlet”, “Macbeth”, dan sebagainya. Hampir semuanya telah diterjemahkan oleh
Trisno Sumardjo, Muh. Yamin, dan Rendra.
(c)
Perancis (Moliere dan Neoklasikisme)
Tokoh-tokoh
drama di Perancis antara lain Pierre Corneille (Melite, Le Cid), Jean Raccine
(Phedra), Moliere, Jean Baptista Poquelin (Le Docteur Amoureux/The Love Sick
Doctor, LesPreciueuses Rudicules/The Affected Young Lady, dan lain-lain),
Voltaire (dengan filsafat dan karyanya yang aneh), Denis Diderot (Le Per De
Famille dan Le Fils Naturel), Beaumarchais (La Barbier De Seville/Barber of
Seville, Le Mariage de Fogaro/The Marriage of Fogaro).
(d)
Jerman (jaman Romantik)
Tokoh-tokohnya
antara lain Gotthol Ephraim Lessing (Emilia Galotti, Miss Sara Sampson, dan
Nathan der Weise), Wolfgang von Goethe(Faust), Christhop Friedrich von Schiller
(The Robbers, Love and Intrique, Wallenstein, dan beberapa adaptasi dari
Shakespeare).
2.2
Sejarah Drama Modern
Dalam
bagian ini akan dijelaskan perkembangan drama modern di beberapa negara yang
melanjutkan kejayaan tradisi pementasan dan penulisan drama yang telah dimulai
pada jaman Yunani Kuno. Akan dikemukakan tokoh drama seperti Ibsen (Norwegia),
Strindberg (Swedia), Bernard Shaw (Inggris), tokoh dari Irlandia, Perancis,
Jerman, Italia, Spanyol, Rusia, dan terakhir Amerika Serikat yang menunjukkan
perkembangan pesat. Semua ini sekedar informasi untuk memperluas cakrawala
pengetahuan kita di Indonesia tentang perkembangan drama di luar Indonesia.
(a)
Norwegia (Ibsen)
Tokoh
paling terkemuka dalam penulisan drama di Norwegia adalah Henrick Ibsen
(1828-1906). Karyanya yang paling terkenal dan banyak dipentaskan di Indonesia
adalah "Nora", saduran dari terjemahan Armyn Pane "Ratna".
Karya-karya Ibsen adalah “Love's Comedy”, “The Pretenders”, “Brand and Peer
Gynt” (drama puitis), “A doll's House”, “An Enemy of the people”, “The Wild
Duck”, “Hedda Gableer”, dan “Roshmersholm”. Ibsen tidak memberikan karakter
hitam putih, tetapi tokoh penuh tantangan, watak yang digambarkan kompleks
dengan penggambaran berbagai segi kehidupan manusia. Dialognya dengan gaya
prosa yang realistis dengan menekankan mutu percakapan dan bersifat realistis.
Gagasan yang dikemukakan dapat membangkitakan gairah dan memikat perhatian.
Problem yang di angkat dapat menjadi lelucon drama yang besar dan diambil dari
problem yang timbul dalam masyarakat biasa.
(b)
Swedia (August Strindberg)
Tokoh drama paling terkenal di Swedia adalah Strindberg (1849-1912).
Karya-karya drama yang bersifat historis dari Strindberg di antaranya adalah
“Saga of the Folkung” dan “The Pretenders”. “Miss Julia” dan “The Father”
adalah drama naturalis. Drama penting yang bersifat ekspresionistis adalah “A
Dream Play”, “The Dance of Death”, dan “The Spook Sonata”.
(c)
Inggris (Bernard Shaw dan Drama Modern)
Tokoh
drama modern Inggris yang terpenting (setelah Shakespeare) adalah George
Bernard Shaw (1856-1950) . Ia dipandang ssebagai penulis lakon terbesar dan
penulis terbesar pada abad modern. Di Ingris Bernard Shaw memenduduki peringkat
kedua setelah Shakespeare. Karya-karyanya antara lain adalah “Man and
Superman”, “Major Barbara”, “Saint Joan”, “The Devil's Disciple”, dan “Caesar
and Cleopatra”.
Tokoh
drama modern di Inggris yang lain adalah James M. Barrie (1860-1937), dengan
karya “Admirable Crichton”, “What Every Woman Knows”, “Dear Brutus”, dan “Peter
Pan”. Noel Coward dengan karya “Blithe Spirit”. Somerest Mugham dengan karya
“The Circle”. Christoper Fry dengan karya-karyanya “A Phoenic Too Frequent”,
“The Lady's Not for Burning”.
(d)
Irlandia (Yeats sampai O'Casey)
Tokoh
penting drama Irlandia Modern adalah William Butler Yeats yang merupakan
pemimpin kelompok sandiwara terkemuka di Irlandia dan Sean O'Casey (1884)
dengan karyanya “The Shadow of a Gunman”, “Juno and the Paycock”, “The Plough
and the Stars”, “The Silver Tassie”, “Within the Gates”, dan “The Stars Turns
Red”. Tokoh lainnya adalah John Millington Synge (1871-1909) dengan karya-karya
“Riders to the Sea” dan “The Playboy of the Western World”. Synge Merupakan
pelopor teater Irlandia yang mengangkat dunia teater menjadi penting di sana.
(e)
Perancis (dari Zola sampai Sartre)
Dua
tokoh terkemuka di Perancis adalah Emile Zola (1840-1902) dan Jean Paul Sartre
(1905). Karya-karya Emile Zola adalah “Therese Raquin” yang mirip “A Doll's
House”. Eugene Brieux (1858-1932), menulis naskah “Corbeaux” (The Vultures),
“La Parisienne” (The Woman of Paris), dan “Les Avaries” (Damaged Gods). Edmond
Rostan (1868-1918) dengan karya “Les Romanasques” (The Romancers) dan “Cyrano
de Bergerac”. Maurice Materlinck (1862-1949), dengan karyanya “Pelleas et
Melisande” yang bercorak romantik. Jean Giraudoux (1882-1944), dengan karyanya
“Amphitryen 38” dan “La Folle de Challiot” (The Madwoman of Challiot). Jean
Giraudoux juga mengarang karya yang sangat terkenal, yaitu “La Guerre de Troie
N'aura pas Lieu” yang diproduksi oleh Teater Broadway dengan judul "Tiger
at the Gates". Di Indonesia pernah dipentaskan oleh Darmanto Jt. dengan
judul "Perang Troya Tidak Akan Meletus", kisah tentang Hektor dan
Helena. Jean Cocteau (1891-…) dengan karyanya La Machine Internale. Di antara
pengarang selama Perang Dunia II, Jean Paul Sartre merupakan spotlight. Ia
lahir pada tahun 1905 dan merupakan tokoh aliran eksistensialisme.
Karya-karyanya antara lain “Huis Clos” (Ni Exit) dan “Les Mouches” (The Flies).
Pengarang lainnya adalah Jean Anaoulih (1910-…) dengan karyanya “Le Bal des
Voleurs” (Thieve's Carnivaly) dan “Antigone” (terjemahan dari drama Sophocles).
(f)
Jerman dan Eropa Tengah (Hauptman sampai Brecht)
Banyak
sekali sumbangan Jerman terhadap drama modern. Tokoh seperti Hebbel dan
temannya telah mempelopori aliran realisme. Penulis naturalis terkenal adalah
Gerhart Hauptman (1862-1946) dan Arthur Schnitzler (1862-1931). Karya Hauptman
antara lain adalah “The Weavers”, “The Sunken Bell”, dan “Hannele”. Karya
Schnitzler antara lain “Liebelei”, “Anatol” dan “Reigen”. Pengarang lainnya
Fernc Molnar (1878-1952) dengan karya “The Play's the Thing”, “The Guardsman”,
dan “Liliom”. Karel Capek (1890-1938) dengan karya “The Insect Comedy” yang
ditulis bersama kakaknya Yosef. Bertolt Brecht (1898-1956) dengan teaternya
yang memiliki ciri-ciri an enthrailling, masterfull, achievment, energetic,
forceful, full of humor. Nama teaternya adalah Berliner Ensemble (ciri tersebut
berarti memikat, indah sekali, penuh prestasi, penuh energi, daya kekuatan yang
tinggi, dan penuh cerita humor). Karya-karya Brecht antara lain “Threepenny
Opera”, “Mother Courage”, dan “The Good Woman Setzuan”. Berline Ensemble sangat
berpengaruh di masa sesudah Brecht.
(g)
Italia (dari Goldoni sampai Pirandillo)
Setelah zaman Renaissance, karya-karya drama banyak berupa opera
disamping comedia dell'arte. Tokoh drama Italia antara lain Goldoni (1707-1793)
dengan karyanya “Mistress of the Inn”. Gabrielle D'Annunzio (1863-1938) dan
Luigi Pirandello (1867-1936) dengan karyanya “Right You Are”, “If You Think You
Are”, “As You Desire Me”, “Henry IV”, “Naked”, “Six Characters in Search of an
Author”, dan “Tonight We Improvise”.
(h)
Spanyol (dari Benavente sampai Lorca)
Bagi
Spanyol, abad XX sebagai abad kebangkitan dramatic spirit. Tokohnya antara lain
Jacinto Benavente (1866-1954) yang pernah mendapat hadiah Nobel tahun 1922.
Yang terkenal di Amerika, adalah karyanya yang berjudul “Los Intereses Creados”
(The Bonds of Interest) dan “La Marquerida” (The Passion Flower). Sejaman
dengan Benavente adalah Gregorio Martinez Sierra (1881-1947) dengan karyanya
“The Cradle Song”. Pengarang paling penting pada jaman modern di Spanyol adalah
penyair dan penulis drama Frederico garcia Lorca (1889-1936). Dia dipandang
sebagai orang yang dikagumi oleh penyair dan dramawan W.S. Rendra. Karya Lorca
antara lain adalah “Shoemaker's Prodigius Wife” dan “The House of Bernarda
Alba”.
(i)
Rusia (dari Pushkin sampai Andreyev)
Tzarina
Katerin Agung dipandang sebagai pengembang drama di Rusia. Pengarang pertama
yang dipandang serius adalah Alexander Pushkin (1799-1837) dengan karyanya
“Boris Godunov”, Sebuah tragedi historis. Nikolai Gogol (1809-1852), menulis
antara lain “The Inspector General”. Alexander Ostrovski (1823-1886) menulis
“Enough Stupidity in Every Wise Man”. Leo Tolkstoy (1828-1910) menulis “The
Power of Darkness” Selanjutnya Anton Pavlovich Chekov(1860-1904) sangat
terkenal di Indonesia, dengan karyanya yang diterjemahkan menjadi
"Pinangan" dan "Kebun Cherry" (The Cherry Orchid). Pohon
Cherry merupakan karya besar Chekov. Karya lainnya adalah “Uncle Vanya”, “The
Sea Gull”, dan “The Three Sisters”. Ada kualitas dan ciri yang sama dari karya
Chekov, yaitu tragedi senyap, hasrat, kerinduan, dan karakter yang hidup.
Pengarang lain adalah Maxim Gorki (1868-1936) dengan karyanya “The Lower
Depth”. Leonid Andreyev (1971-1919) dengan karyany “The Live of Man”, “King
Hunger”, dan “He Who Gets Slapped”.
(j)
Amerika (Godfrey sampai Miller)
Pengarang
drama yang paling awal di Amerika adalah Thomas Godfrey, dengan karya “The
Prince of Parthia” (1767). Harriet Beecher Stowe (1811-1896) menulis “The
Octoroon”. David Belasco (1854-1931) menulis “The Girl of Goldent West”.
Bronsin Howard (1842-1908) menulis “Shenandoah”. James A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar