Rabu, 22 Januari 2014

PUISI


SEPANJANG MALAM

Rasanya selama ini kita jalani hidup ini terlalu cepat
Waktupun berlalu sepanjang malam
Pestapun usai namun sekarang atau tak selamanya
Takkan ada yang pulang malam ini sepanjang malam

Aku ingin begadang sepanjang malam
Dan berlompat-lompatan hingga mentari terbit
Dan temukan seorang lelaki dan bilang padanya bahwa dialah orangnya


puisi ku


STAND UP

Sejak pertama jumpa denganmu, segalanya berubah
Aku tahu kau harus kudapatkan, apapun yang harus kulakukan
Harus kuhampiri dirimu dan milikimu
Kan kususuri gurun
Kan kususuri lorong
Kan kurenangi samudera
Hanya untuk melihatmu tersenyum
Apapun yang harus kulakukan, tak masalah

Maka angkatlah tanganmu
Karena ini perjuangan
Aku takkan pergi hingga semuanya kucuri
Setiap keping hatimu

Aku tahu hatimu tlah hancur, tapi janganlah menyerah
Aku kan datang, yeah, aku tahu
Tuk sembuhkanmu dengan cinta
Sungguh menyakitkan saat terpikir bahwa kau pernah menangis

PENGALAMAN KU


Es potong

“toet,,,,toet,,,,toeeet”
“es potong,,,es potong”  suara penjual es potong yang sudah tua dan rambut yang sudah beruban sedang memikul dagangannya berkeliling dari kampung ke kampung pun  mulai terdengar di telingaku dari kejauhan.
Tidak lama kemudian aku melihat arga dia adalah adik ku keluar dari rumah nenek menuju ke rumah. Setelah sampai di rumah arga berkata “mbak, minta uang seribu buat beli es potong”
“ya, sebentar mbak  ambilkan dulu”
Setelah aku mengambilkan uang, aku dan agra duduk di depan rumah sambil  menunggu penjual es potong sampai di dapan rumahku.
“pak,,pak tumbas” arga memanggil penjual es potong itu
“mau beli berapa dan rasa apa nak,,,,???” kata penjual es potong itu
“beli seribu pak yang rasa coklat aja” kata ku ke penjual es
Sambil menunggu memotong es aku sempatkan untuk bertanya-tanya kepada penjual es potong itu
“kalau boleh tau, sudah berapa  lama bapak berjualan es potong ini pak?” tanya ku kepadanya
“kira-kira sudah 30tahun-nan lebih lah nak” jawab si penjual es tersebut
“wah, sudah lama juga ya pak. Apa bapak tidak capek sudah tua masih berjualan berkililing kampung sambil memikul dagangan bapak yang mungkin sangat berat ini..??”
“capek sih ya capek nak,, tapi mau bagaimana lagi, bapak harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari”
“seharusnya di usia bapak yang sudah tidak tua ini kan waktunya bapak untuk beristirahat di rumah”
“sebenarnya bapak pengenya sih begitu nak, tidak ada pilihan lagi, bapak harus berjualan agar bapak mendapatkan penghasilan”
“oh, iya ini nak es potongnya”
“oh, iya pak, ini uangnya pak”
“makasih ya nak”
“sama-sama pak saya permisi dulu”