Es
potong
“toet,,,,toet,,,,toeeet”
“es
potong,,,es potong” suara penjual es
potong yang sudah tua dan rambut yang sudah beruban sedang memikul dagangannya
berkeliling dari kampung ke kampung pun
mulai terdengar di telingaku dari kejauhan.
Tidak
lama kemudian aku melihat arga dia adalah adik ku keluar dari rumah nenek
menuju ke rumah. Setelah sampai di rumah arga berkata “mbak, minta uang seribu
buat beli es potong”
“ya,
sebentar mbak ambilkan dulu”
Setelah
aku mengambilkan uang, aku dan agra duduk di depan rumah sambil menunggu penjual es potong sampai di dapan
rumahku.
“pak,,pak
tumbas” arga memanggil penjual es potong itu
“mau
beli berapa dan rasa apa nak,,,,???” kata penjual es potong itu
“beli
seribu pak yang rasa coklat aja” kata ku ke penjual es
Sambil
menunggu memotong es aku sempatkan untuk bertanya-tanya kepada penjual es
potong itu
“kalau
boleh tau, sudah berapa lama bapak
berjualan es potong ini pak?” tanya ku kepadanya
“kira-kira
sudah 30tahun-nan lebih lah nak” jawab si penjual es tersebut
“wah,
sudah lama juga ya pak. Apa bapak tidak capek sudah tua masih berjualan
berkililing kampung sambil memikul dagangan bapak yang mungkin sangat berat
ini..??”
“capek
sih ya capek nak,, tapi mau bagaimana lagi, bapak harus mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari”
“seharusnya
di usia bapak yang sudah tidak tua ini kan waktunya bapak untuk beristirahat di
rumah”
“sebenarnya
bapak pengenya sih begitu nak, tidak ada pilihan lagi, bapak harus berjualan
agar bapak mendapatkan penghasilan”
“oh,
iya ini nak es potongnya”
“oh,
iya pak, ini uangnya pak”
“makasih
ya nak”
“sama-sama
pak saya permisi dulu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar